Senin, 11 Mei 2015

wawancara pemulung



Laporan wawancara dengan seorang pumulung


Remy               : Assalamu’alaikum pak…
Pemulung        : Wa’alaikumsalam
Remy               : Pak, bolehkah saya ngobrol sama bapak sebentar?
Pemulung        : Oh, boleh nak, kenapa tugas ya nak?
Remy               : kok bapak tahu?
Pemulung        : nah itu kan nak bawa buku.
Remy               : hehehe. Iya pak, tidak apa-apa kan pak?
Pemulung        : iya ga apa-apa nak. Mau Tanya apa?
Remy                 : M…nama bapak siapa?
Pemulung        : Nama saya Yaris
Remy               : Bapak tinggal dimana?
Pemulung        : Saya asli orang Padang dan tinggal Jati
Remy               : Usia bapak berapa? Apa bapak punya istri? anak?
Pemulung        : 53 tahun, punya istri dan anak 5. Dua laki-laki 3 perempuan
Remy               : Apakah bapak punya pekerjaan lain selain jadi pemulung?
Pemulung        :  punya. Saya  tukang becak juga
Remy               : oh, hebat banget pak. Terus apakah anak-anak bapak sekolah?
Pemulung        : iya, semuanya sekolah sudah tamat SMA dan dua orang sudah menamatkan kuliah di perguran tinggi di Padang ini, tinggal sibungsu satu lagi masih sekolah di MAN.
Remy               : Subhanalloh, bapak adalah tipe orangtua yang bertanggungjawab.
Pemulung          : iya nak, Alhamdulillah
Remy                 : bapak sendiri lulusan apa?
Pemulung        : saya hanya tamatan SD saja nak.
Yoyoh             : Apakah bapak tidak merasa malu jadi pemulung?
Pemulung          : Ah tidak nak, saya sudah terbiasa dan tidak malu.
Remy               : BAgaimana dengan istri dan anak-anak bapak? Apakah mereka juga tidak
                        protes dengan pekerjaan bapak ini?
Pemulung          : Awalnya sih mereka protes, tapi mau bagaimana lagi, kan lumayan nambah
                        penghasilan.
Remy               : Kenapa bapak milih jadi pemulung?
Pemulung        : pertama, saya sudah tua, tenaga nya sudah lemah, jadi tidak mampu narik becak
                         lagi, kalau mulung kan tidak terlalu capek, hanya jalan-jalan saja bawa karung
Remy               : Berapa penghasilan dari mulung ini perharinya pak?
Pemulung        : ya,,,kecil sih, tapi lumayan. Antara15-20 ribuan lah nak.
Remy                 : Baiklah, bapak terimakasih banyak ya sudah mau saya wawancara, ini ada
                        sedikit uang rokok buat bapak (sambil menyodorkan uang 20.000)
Pemulung        : Terimakasih banyak ya neng, semoga sekolahnya lancar. Amin.
Remy               : Aamiin. Terimakasih pak. Assalamu’alaikum
Pemulung          : Wa’alaikumsalam.




 Description: G:\B612-2015-05-04-16-44-14.jpg



Merubah teks wawancara ke Narasi,
Dengan Barang Bekas Pemulung Mampu Membahagiakan Keluarganya
Banyak orang mengeluh dengan nasib yang dialami. Faktor ekonomi menjadi penghalang untuk hidup dan membahagiakan keluarganya. Tapi berbeda dengan Bapak Yaris, dengan barang bekas yang dia kumpulkan setiap hari, dia mampu menghidupkan dan membahagiakan kelurganya. Dia mempunyai 1 orang istri dan 5 orang anak. Dia tidak hanya menafkahi kelurganya untuk makan saja, tetapi dia juga mampu menyekolahkan anaknya dan menamatkan 2 orang anaknya diperguruan tinggi disalah satu Universitas di Padang.
Setiap hari Bapak Yaris ini selalu berkeliling mencari barang bekas Dia kumpulkan dan nantinya akan dijual dengan harga Rp 4.000 – 5.000 Per kg. Tetapi meskipun penghasilan yang Dia dapatkan sedikit, Dia tidak pernah mengeluh untuk berusaha dan bekerja setiap hari. Bapak Yaris ini selain menjadi seorang pemulung Dia juga seorang tukang becak dan mendapat penghasilan sekitar Rp 80.000 sehari. tetapi seiring bertambahnya usia Bapak Yaris sekarang hanya seorang pemulung saja, karena Bapak Yaris tidak mampu lagi menarik becaknya. Walaupun pendapatannya lebih sedikit dibandingkan dengan menarik becak.
Dengan keteguhan hati Bapak Yaris ini Selalu menyelipkan sedikit uang hasil kerja kerasnya setiap hari untuk bekal anaknya kuliah. Dan istri Bapak Yaris juga bekerja rumah kerumah sebagai tukang cuci, agar pengahasilan yang Dia dapatkan dapat juga ditabung untuk anaknya. Dan setelah bertahun-tahun Bapak Yaris dan istrinya Ibu Dinda akhirnya mampu menguliahkan anaknya berkat Do’a dan usaha yang Dia tekuni bersama istrinya, serta beasiswa yang didapatkan oleh anaknya. Akhirnya seiring berjalannya waktu 2 orang anaknya pun menematkan kuliah dan mendapat gelar sarjana, dan langsung diterima bekerja di salah satu Bank swasta di Jakarta.
Sehingga kehidupan Bapak Yaris dan kelurganya sudah jauh lebih baik bila dibandingkan dengan sebelumnya, karena kedua anaknya sudah mampu membiayai kehidupan mereka dan mampu membiayai sekolah adiknya yang merupakan anak bungsu dari Bapak Yaris dan Ibu Dinda. Tetapi Bapak Yaris juga tetap bekerja, karena Dia tidak mau hanya mengharapkan uang dari anaknya saja.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar